Selasa, 24 April 2012

Ajak "Check In", Ternyata Maling
Tersangka Eko (23) memperlihatkan motor hasil curiannya saat gelar perkara di Mapolsek Semarang Tengah, Selasa (24/4/2012).
SEMARANG - Maling motor punya saja cara membuat korbannya lengah. Seperti yang dilakukan Eko Wijanarko (23) warga Kelurahan Kuningan Semarang Utara dalam menjalankan aksinya.
Ia mengajak korbannya Ali Fahruddin (19) warga Sayung Demak untuk mencari pekerja seks komersial (PSK) untuk diajak "check in". Saat Ali asik bersama PSK, motor Satria FU warna abu-abu yang baru saja dibeli dan belum keluar pelat nomornya justru dibawa kabur oleh Eko.
Hal itu terjadi pada 6 April lalu di sebuah losmen di kawasan Semarang Tengah.
Eko dan korbannya merupakan teman yang baru saja dikenal sekitar seminggu sebelumnya. Keduanya berkenalan di sebuah warung di Sayung Demak kemudian janjian bertemu di Semarang.
"Kami kemudian bertemu di kawasan Pasar Johar tanggal 6 malam dan minum minuman keras, setelah itu dia bilang mau cari PSK, ya sudah saja ajak saja," katanya dalam gelar perkara di Maspolsek Semarang Tengah, Selasa (24/4/2012).
Niat jahatnya muncul ketika mengendarai motor tersebut. Ia yang berboncengan dengan korban sengaja tidak mengunci stang motor meski kunci asli diminta oleh Ali. Ketika ia ketahui Ali tengah berada dikamar bersama PSK, ia kemudian membawa kabur motor. Keesokan harinya ia membuat kunci agar motor bisa digunakan.
"Motor saya bawa pulang, memang sengaja tidak ingin saya jual tapi saya pakai sendiri, sudah lama ingin punya motor tapi tidak kesampaian," katanya.
Kapolsek Semarang Tengah Kompol Prayitno mengatakan, kepolisian kemudian melakukan pengejaran setelah menerima laporan korban.
Tersangka ditangkap di rumahnya tanpa perlawanan. "Eko dijerat pasal 363 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal penjara 7 tahun penjara," katanya.
Epilepsi Kambuh, Fani Tercebur ke Api
 Seluruh wajah Fani Fitriani melepuh setelah terbakar api karena penyakit epilepsinya kambuh.
PAMEKASAN - Kasus mengenaskan dialami oleh Fani Fitriani (15), anak asuh Khofifah, warga Kelurahan Jungcangcang Pamekasan, Jawa Timur. Seluruh wajah dan tangan kirinya melepuh karena dilalap api. Kejadian itu berlangsung saat Fani membakar sampah di belakang kamarnya, Minggu (22/4/2012). Kala itu Fani sendirian sambil menunggu sampah terbakar semua. Tiba-tiba penyakit ayan (epilepsi) yang dideritanya sejak kecil kambuh dan membuat Fani tercebur ke api.

"Kita tidak tahu kalau penyakitnya kambuh. Baru kita ketahui setelah ia menjerit di belakang kamarnya," ungkap Khofifah, Senin (23/4/2012) kemarin.

Setelah diketahui wajah dan tangannya terbakar api, Fani kemudian dirawat sendiri oleh Khofifah dengan pengobatan seadanya. Karena luka bakar yang diderita Fani serius dan bertambah melepuh, akhirnya Senin pagi Fani dirujuk ke rumah sakit dr. Slamet Martodirjo Pamekasan dan langsung menjalani operasi.  "Kita minta kepada dokter agar langsung dioperasi karena anaknya sudah tidak kuat menahan panas," ujarnya.

Setelah keluar dari ruang operasi, wajah Fani sudah terlihat putih karena kulit aslinya yang terbakar sudah terkelupas. Namun, ia masih tetap mengerang kesakitan dan meronta-ronta. Karena kejadian itu, Fani gagal mengikuti Ujian Nasional (UN) di sekolahnya di SMPN 2 Pamekasan.

Kepala SMPN 2 Pamekasan Nur Ali membenarkan jika Fani adalah siswanya yang tidak bisa ikut UN. "Saya ikut prihatin atas peristiwa yang dialami Fani. Seluruh guru dan siswa di sini mendoakan Fani agar lekas sembuh, sehingga bisa ikut ujian susulan minggu depan," kata Nur Ali.

Fani Fitriani merupakan anak asuh binaan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Pamekasan, yang dititipkan di Pesantren Darussalam, yang diasuh langsung oleh Khofifah. Fani diambil dari orang tuanya di Kabupaten Malang, 12 tahun lalu. Kedua orang tuanya terbelit masalah dan Fani menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.

Fani diasuh di Pamekasan hingga melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan SMPN 2 Pamekasan. Sekolah itu merupakan sekolah unggulan di Pamekasan. Bupati Pamekasan Kholilurrahman, langsung menyambangi Fani di rumah sakit. Sebagai bentuk keprihatinannya, Bupati menanggung semua biaya operasi sampai sembuh. "Karena anak ini termasuk kategori terlantar, kita biayai semua pengobatannya sampah sembuh," kata Kholil.